I. Kata Pengantar:imigranIni bukanlah akhir, ini adalah awal dari "kehidupan baru" yang lain.
Banyak orang berfokus pada kebijakan visa, peluang kerja dan biaya hidup sebelum memutuskan untuk berimigrasi, tetapi sering kali mengabaikankemampuan beradaptasi dengan budayaVariabel inti ini.
Singapura merupakan negara dengan beragam etnis dengan perpaduan budaya Barat dan Timur, serta cara hidup yang tampak akrab namun "lokal". Jika Anda berencana untukImigrasi ke SingapuraAtau apakah Anda sudah mengetahui lima perbedaan budaya berikut ini, apakah Anda sudah benar-benar siap?
II. Perbedaan 1: Penghormatan yang sangat tinggi terhadap "aturan"
Singapura dikenal sebagai masyarakat yang taat aturan. Entah itu larangan makan di metro, pemisahan sampah yang ketat, atau larangan berteriak di tempat umum, Singapura dikenal sebagai "masyarakat yang taat aturan".Aturan-aturan tersebut tertulis dalam hampir setiap detail kehidupan sehari-hari..
Contoh:
-
Anda dapat didenda karena memakan permen di kereta bawah tanah;
-
Membuang sampah sembarangan dan meludah sembarangan akan dihukum tanpa ampun;
-
Budaya antrean begitu meresap sehingga perilaku melompati antrean hanya dipandang sebelah mata.
Bagi mereka yang berasal dari budaya yang lebih "fleksibel", gaya hidup "berbasis aturan" ini mungkin terasa menindas pada awalnya, tetapi setelah terbiasa, mereka akan merasa nyaman dan teratur.
III. Perbedaan 2: "Beragam" dalam bahasa tetapi "istimewa" dalam komunikasi
Bahasa resmi Singapura adalah bahasa Inggris, tetapi Anda akan segera menyadari bahwa penduduk setempat tidak berbicara dalam "bahasa Inggris yang Anda kenal", melainkan campuran bahasa Hokkien, Melayu, Tamil, dan bahkan Kanton - bahasa Singapura.Singlish (Bahasa Inggris Singapura).
Contoh:
-
"Bisa bisa" = tidak ada masalah
-
"Lah" = kata-kata kecil yang memperkuat nada, misalnya "Ok lah".
-
"Tidak bisa menangkap bola" = tidak bisa memahami Anda.
Jangan kaget jika Anda memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik namun masih kesulitan saat pertama kali tiba - itulah "keajaiban" bahasa Singapura. Beradaptasi dengan bahasa Singlish adalah langkah pertama untuk benar-benar berbaur dengan budaya setempat.
IV. Perbedaan 3: "Gado-gado Asia" dari budaya makanan
Singapura adalah surga bagi para pencinta kuliner, tetapi jangan berpikir bahwa itu berarti tidak ada ketidaknyamanan diet. Makanan di sini merupakan perpaduan cita rasa Tionghoa, Melayu, India, dan Nyonya.Rasa pedas, berat, dan penuh rempah-rempah.
Yang paling umum seperti:
-
Nasi Ayam Hainan (gaya baru lebih kering)
-
Kepala ikan kari, kepiting cabai (super berat)
-
Pancake India dengan saus sambal manis
-
Alih-alih roti dan donat untuk sarapan, ini adalah roti panggang + saus chai + teh susu
Bagi para imigran yang terbiasa dengan hidangan mie dari utara atau cita rasa yang lebih ringan, mungkin perlu waktu untuk menyesuaikan diri pada awalnya. Namun, setelah Anda terbiasa, Anda akan terpukau dengan keragaman "Makanan di Singapura".
V. Perbedaan 4: Bekerja dengan cepat namun fokus pada efisiensi
Meskipun Singapura adalah kota kecil, namun laju kehidupannya sangat cepat dan budaya tempat kerjanya sangat menekankan pada efisiensi, disiplin, dan hasil. Sebagai contoh:
-
Rapat perusahaan biasanya dimulai tepat waktu dan sangat tidak sopan untuk menundanya;
-
Email berkomunikasi dengan sering dan jelas, dengan fokus pada "lebih sedikit bicara, lebih banyak informasi";
-
Budaya lembur tidak lazim, tetapi jam kerja siang hari membutuhkan konsentrasi output yang tinggi.
Bagi mereka yang berasal dari lingkungan kerja yang "berorientasi pada orang", gaya efisiensi ini akan membutuhkan waktu untuk membiasakan diri, tetapi dalam jangka panjang hal ini juga akan membantu mengembangkan kebiasaan di tempat kerja yang lebih profesional.
VI. Variasi 5: Hidup berdampingan dengan kepercayaan dan perayaan agama dalam keberagaman
Singapura merupakan negara yang memiliki keragaman agama, dengan kepercayaan utama seperti Buddha, Kristen, Islam, dan Hindu, yang mencakup berbagai macam hari libur dan pantangan.
Contoh:
-
Umat Muslim berpuasa di siang hari selama bulan Ramadan dan menghindari makan dan minum di hadapan mereka;
-
Sapi adalah hewan suci dalam agama Hindu dan tidak disarankan untuk mendiskusikan atau memakan daging sapi selama festival keagamaan;
-
Membakar uang kertas dan memberikan penghormatan selama Festival Hantu (Festival Mid-Yuan) adalah kebiasaan umum yang harus dipahami dan dihormati oleh warga asing.
Para imigran tidak hanya harus memahami latar belakang budaya ini, tetapi juga menunjukkan toleransi dan rasa hormat yang cukup dalam kehidupan mereka agar lebih mudah diterima.
VII. Kesimpulan: migrasi yang sebenarnya adalah "masuk" secara psikologis
Imigrasi SingapuraIni bukan hanya tentang tinggal di kota yang berbeda, tetapi juga berintegrasi ke dalam sistem sosial yang sama sekali baru. Kesadaran di awal, penyesuaian diri, dan tetap berpikiran terbuka merupakan persiapan psikologis terpenting untuk beradaptasi dengan kehidupan di Singapura.
Perbedaan budaya tidaklah menakutkan, yang menakutkan adalah ketika kita tidak memiliki kesadaran untuk memahami dan menghormatinya. Ketika Anda tidak mengerutkan kening saat mendengar bahasa Singlish, menjauhi kari, atau merasa gugup dengan peraturan yang ada, maka Anda sudah mulai "tinggal di Singapura", bukan "tinggal di Singapura".